18 Desember 2008

Merapi dari Selo....



Kecamatan Selo berada di tengah-tengah dua gunung, yakni Merapi dan Merbabu. Keindahan akan terasa ketika lewat jalur dari Solo-Boyolali memasuki Kecamatan Cepogo, sebelum Selo. Jalan naik yang berkelok-kelok dengan pemandangan di dua sisi sangat memesona. Keindahan akan makin tampak ketika memasuki Kecamatan Selo. Jalan menikung tajam dengan aspal halus membuat kita makin mengagumi betapaindah alam ciptaan Tuhan.



Kamera: d70
Lokasi Selo Boyolali

10 Desember 2008

Sedjarah 4


Candi Sewu merupakan peninggalan kebudayaan Buddha kedua terbesar setelah Borobudur.

Berdasarkan prasasti dan data arsitekturnya, Candi Sewu dibangun sekitar tahun 782 M–792 M, tepatnya pada masa pemerintahan Rakai Panakaran dan Rakai Panaraban (seorang raja besar Mataram kuno). Dan merajuk pada prasasti berangka tahun 714 C atau 792 M yang ditemukan pada tahun 1960 disini, nama asli Candi Sewu adalah Manjus’rigrha atau rumah Manjusri, yaitu salah satu Boddhisatwa dalam agama Buddha.

Menurut legenda rakyat setempat, seluruh candi ini berjumlah 999 dan dibuat oleh seorang tokoh sakti bernama, Bandung Bondowoso hanya dalam waktu satu malam saja, sebagai prasyarat untuk bisa memperistri dewi Roro Jonggrang. Namun keinginannya itu gagal karena pada saat fajar menyingsing, jumlahnya masih kurang satu.




Kamera Infrared: d70
Lokasi Candi Sewu

21 November 2008

Sekatenan







perayaan sekaten dari tahun ke tahun pada dasarnya terdapat tiga pokok inti yang antara lain:
1. Dibunyikannya dua perangkat gamelan ( Kanjeng Kyai Nagawilaga dan Kanjeng Kyai Guntur Madu) di Kagungan Dalem Pagongan Masjid Agung Yogyakarta selama 7 hari berturut-turut, kecuali Kamis malam sampai Jumat siang.

2. Peringatan hari lahir Nabi Besar Muhammad SAW pada tanggal 11 Mulud malam, bertempat di serambi Kagungan Dalem Masjid Agung, dengan Bacaan riwayat Nabi oleh Abdi Dalem Kasultanan, para kerabat, pejabat, dan rakyat.

3. Pemberian sedekah Ngarsa Dalem Sampean Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan, berupa Hajad Dalem Gunungan dalam upacara Garebeg sebagai upacara puncak sekaten.
Kegiatan pendukung event tersebut adalah diselenggarakannya Pasar Malem Perayaan Sekaten selama 39 hari, event inilah yang menjadi daya tarik bagi masyarakat Jogja maupun luar Jogja.

Selain itu ada tiga unsur penting dalam tradisi sekaten Ngayogyakarto
1. Pasar malam sekaten
2. Upacara perayaan sekaten
3. Garebek sekaten

GAMELAN

Tradisi Gamelan Sekaten Menyambut Maulid
Keraton Yogyakarta selama sepekan sebelum peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW akan menggelar tradisi menabuh gamelan sekaten di pelataran Masjid Gede Kauman, Keraton Yogyakarta. Pada tanggal 5 bulan Maulud yang merupakan hari pertama perayaan Sekaten diawali pada tengah malam dengan sebuah prosesi abdi dalem yang berjalan dalam dua baris dengan membawa kedua perangkat gamelan pusaka yaitu, Kyai Guntur Madu dan Kyai Nagawilaga dikeluarkan dari tempat penyimpanannya dibangsal Sri Manganti, ke Bangsal Ponconiti yang terletak di Kemandungan Utara (Keben) dan pada sore harinya mulai dibunyikan di tempat ini. Antara pukul 23.00 hingga pukul 24.00 ke dua perangkat gamelan tersebut dipindahkan kehalaman Masjid Agung Yogyakarta meninggalkan Bangsal Ponconiti dalam suatu iring-iringan abdi dalem jajar, disertai pengawal prajurit Kraton berseragam lengkap. Di masjid agung Kyai Nogowilogo diletakkan di Pagongan Selatan. Kedua set gamelan ini dimainkan secara stimulan sampai tanggal 11 bulan Maulud, saat kedua gamelan tersebut dibawa kembali ke Kraton pada tengahmalam.

Kedua gamelan ini yang ditempatkan di sisi utara dan selatan masjid ditabuh selama 24 jam. Tabuhan dihentikan hanya jika datang waktu salat. Tempo dalam tabuhan gamelan tradisi sekaten ini mengalir lebih lambat seiring tarikan napas para penabuh dan pendengarnya. Gending-gending yang dimainkan ini merupakan karya Sunan Kalijaga salah seorang wali penyebar agama Islam di Jawa sebagai sarana yang komunikatif untuk berdakwah.

Disela- sela pergelaran, kemudian dilakukan khotbah dan pembacaan ayat-ayat suci dari Kitab Al-Quran. Bagi mereka yang bertekad untuk memeluk agama Islam, diwajibkan mengucapkan kalimat Syahadat, sebagai pernyataan taat kepada ajaran agama Islam.

Sambil mendengarkan, warga biasanya mengunyah kinang atau makan nasi gurih serta telur merah, tradisi makan kinang dan nasi gurih ini sebenarnya ungkapan rasa syukur atas terciptanya harmoni dalam masyarakat. Sayangnya, sebagian masyarakat saat ini tidak lagi memahaminya. Malah menjadikan kinang dan nasi gurih sebagai sarana ngalap atau mencari berkah tertentu.
Gamelan Sekaten Dibagi Dua

Tujuh hari menjelang Upacara Grebeg Maulud dan peringatan Maulud Nabi Besar Muhammad SAW, seperangkat Gamelan Sekaten Kangjeng Kiai Gunturmadu dan Kangjeng Kiai Nagawilaga dikeluarkan dari kraton ditempatkan di Kagungan Dalem Bangsal Pagongan Masjid Besar. Sejak pagi hingga tengah malam, kedua perangkat gamelan dibunyikan silih berganti, kecuali hari Jumat tidak ditabuh.








Berkaitan dengan peringatan Maulud Nabi Besar Muhammad SAW inilah, setiap tahun Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta menyelenggarakan Upacara Grebeg. Acara ini sekaligus ungkapan rasa syukur kehadlirat Illahi. Upacara Grebeg diwujudkan dengan rangkaian Upacara Sedekah Sultan, berupa gunungan dan lazim disebut Hajad Dalem Gunungan atau Pareden.

Di masing-masing kraton, baik Yogyakarta maupun Surakarta setiap Grebeg Maulud selalu didahului dengan Upacara Sekaten, selama tujuh hari. Upacara ini merupakan kegiatan Syiar Agama Islam, di mana kegiatannya berupa rangkaian dibunyikannya Kagungan Dalem Gamelan Sekaten diikuti dengan Tableg di Regol Masjid Besar. Upacara Tableg dipimpin Abdidalem Penghulu Kraton.

Gending-gending Sekaten adalah gending pujian kehadlirat Allah SWT dan Shalawat Nabi, serta ajakan untuk menjalankan Syariat Islam secara khusuk. Gending yang ada di Sekaten memiliki makna keagamaan. Gending pertama adalah Gending Rambu, yang diolah para wali dari puji syukur yang berasal dari kata Rabbulngalamin, yang berarti Tuhan yang menguasai segala alam. Dalam perkembangan selanjutnya, gending menjadi banyak. Instrumen pun memiliki makna, seperti gamelan pelog berasal dari kata falakh yang berarti kebahagiaan.Gending-gending yang diperdengarkan berbeda dengan gending-gending Jawa yang ada saat ini.

Nama-nama gending yang biasa dibunyikan tersebut, Yaume, Salatun, Ngayatun, Supiyatun, Dendang Sabenah, Rambu (ciptaan Sultan Bintara), Rangkung (ciptaan Sultan Agung), Lung Gadungpel, Atur-atur, Andong-andong, Rendeng-rendeng, Gliyung, Burung Putih, Orang-aring, Bayem Tur, dan Srundeng Gosong. Semua gending-gending itu dapat dinikmati di Kagungan Dalem Bangsal Pagongan Lor dan Pagongan Kidul, lewat Kagungan Dalem Gamelan Kangjeng Kiai Gunturmadu dan Kangjeng Kiai Nagawilaga yang ditabuh para abdidalem niyaga Kraton Yogyakarta.
Peringatan Maulud Nabi Besar Muhammad S.A.W.

Nabi Besar Muhammad S.AW. lahir pada tanggal 12 bulan Maulud, bulan ketiga dari tahun jawa. Di Yogyakarta,biasanya kelahiran Nabi diperingati dengan upacara Grebeg Maulud.Sekaten merupakan upacara pendahuluan dari peringatan hari kelahiran Nabi Besar Muhammad. Diselenggarakan pada tanggal 5 hingga tanggal 12 dari bulan yang sama.

Makam Raja-Raja Mataram

Pajimatan Imogiri merupakan makam raja-raja Mataram (Surakarta dan Yogyakarta) yang terletak 17 kilometer ke arah selatan dari Kota Yogyakarta.
Di kawasan itu bagi warga masyarakat disediakan lapangan parkir yang terletak di sebelah barat gerbang masuk sebelum naik tangga. Sedangkan bagi kerabat istana dan tamu VIP disediakan parkir di bagian atas mendekati makam sehingga tidak perlu meniti tangga. Mitos setempat menyatakan bahwa barang siapa bisa menghitung jumlah tangga secara benar (jumlahnya ada 345 anak tangga) maka cita-citanya akan terkabul.
Tata cara memasuki makam di tempat dimana setiap pengunjung diharuskan memakai pakaian tradisonil Mataram, pria harus mengenakan pakaian peranakan berupa beskap berwarna hitam atau biru tua bergaris-garis, tanpa memakai keris, atau hanya memakai kain/jarit tanpa baju. Sedangkan bagi wanita harus mengenakan kemben.































Raja-raja Mataram yang dimakamkan di tempat itu antara lain : Sultan Agung Hanyakrakusuma, Sri Ratu Batang, Amangkurat Amral, Amangkurat Mas, Paku Buwana I, Amangkurat Jawi, Paku Buwana II s/d Paku Buwana XI. Sedangkan dari Kasultanan Yogyakarta antara lain :
Hamengku Buwana I s/d Hamengku Buwana IX,
kecuali HB II yang dimakamkan di Astana Kotagede.









Kamera Infrared: d70
Lokasi: Makam Imogiri Raja mataram, Bantul

18 November 2008

Bermain


Saya senang mengajak anak-anak jalan-jalan
tetapi bukan jalan-jalan di mall atau tempat bermain yang modern seperti zona games
mereka saya ajak jalan-jalan yang simple, sederhana dan murah ( karena tidak punya biaya ya, hehehe, salah satunya iya, karena saya senang alam dan arsitektur juga kehidupan manusia di dalamnya)
jalan-jalan di seputaran dekat rumah, sambil melihat kegiatan disekelilingnya juga dapat untuk bermain mereka
Mereka bermain sambil bertanya yang berguna untuk menambah memory atau perbendaharaan kata mereka, contohnya rel gunanya untuk apa pak.... pengemudi kereta api apa namanya........tempat berhentinya kereta api untuk menurunkan penumpang apa namanya..... dan sebagainya
asyik....meneyenangkan......juga mengingatkan kita akan hal-hal yang kecil yang dulu pernah kita alami.....

Salam

Kamera Infrared: d70
Lokasi: Stasiun Lempuyangan

17 November 2008

Sedjarah 3




Keraton Yogyakarta.
Kraton Ngayogyakarta yang sering disebut sebagai Kasultanan Ngayogyakarta berdiri pada tahun 1755. Bangunan Kraton ini dipagari beteng yang luas jaraknya sekitar 5 Km.
Istilah keraton berasal dari kata ka-ratu-an, maksudnya adadlah tempat bersemayam bagi ratu. Di samping keraton, istilah kadaton sering juga digunakan untuk menyebut pengertian yang sama. Istilah kadaton berasal dari kata ka-dhatu-an, maksudnya adalah tempat bersemayam bagi para dhatu. Ada pula yang menyatakan bahwa keraton berasal dari bahasa Sansekerta, kratu yang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian, arti keraton di samping sebagai tempat bersemayam para ratu/raja juga diartikan sebagai sumber/tempat kebijaksanaan. Sumber yang dimaksud adalah raja. Oleh karena itu pula keraton pada zaman dulu diakui sebagai tempat tinggal ratu dan memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan.

Kamera infra red: d70
Lokasi: Keraton Jogjakarta

Anak-anakku


akan ku ukir
kupahat,
dengan
Ahlak
jiwa,
Moral,
Agama,
serta ilmu pengetahuan
semoga kelak dapat menjadi
sedemikian indah
berbudi pekerti
berlandaskan Islam


Kamera infrared: d70
Lokasi: dalam mobil

14 November 2008

Beladjar





membaca,
menulis,
apa saja tapi kalau bisa yang bermanfaat dan berfaedah

Gereja Bledug



inilah Indonesia,
beraneka ragam suku, ras, dan agama
tetapi dapat saling toleran
tidak hanya manusianya,
tetapi bangunan gedungnya juga terjadi perpaduan yang serasi
seperti gereja Bledug yang ada di Semarang ini
antara budaya barat dan timur tengah
dimana atap gereja tidak seperti lazimnya, tetapi berbentuk kubah
menyerupai masdjid,
bangunan ini adalah peninggalan Belanda


Kamera Ir: d70
Lokasi: Kota Lama, Semarang

masdjidku..2






Ya Alloh dalam ku
bersenang
bahagia,
sedih
tetap ingat kepadaMU

Aku Takut KutukanMU
Laknatmu
Murkamu

Ya Alloh,
Jadikanlah Aku Orang-orang
PilihanMU




Kamera Ir; d70
Lokasi: Masjid Agung, Semarang

13 November 2008

Sedjarah 2


Begitu megah,
begitu indah
dibangun dengan susah payah
disertai cucuran keringat dan airmata

Candi Plaosan,
sebuah candi yang dibangun oleh Rakai Pikatan untuk permaisurinya, Pramudyawardani. Terletak di Dusun Bugisan Kecamatan Prambanan,
bangunan candi ini merupakan perpaduan Hindu dan Budha.

Candi Plaosan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Kedua candi itu memiliki teras berbentuk segi empat yang dikelilingi oleh dinding, tempat semedi berbentuk gardu di bagian barat serta stupa di sisi lainnya. Karena kesamaan itu.


Bagian Bas relief candi ini memiliki gambaran unik pria dan wanita. Terdapat seorang pria yang digambarkan tengah duduk bersila dengan tangan menyembah serta figur pria dengan tangan vara mudra dan vas di kaki yang dikelilingi enam pria yang lebih kecil. Seorang wanita ada yang digambarkan sedang berdiri dengan tangan vara mudra, sementara di sekelilingnya terdapat buku, pallet dan vas. Krom berpendapat bahwa figur pria wanita itu adalah gambaran patron supporter dari dua wihara.

Seluruh kompleks Candi Plaosan memiliki 116 stupa perwara dan 50 candi perwara. Stupa perwara bisa dilihat di semua sisi candi utama, demikian pula candi perwara yang ukurannya lebih kecil. Bila berjalan ke bagian utara, anda bisa melihat bangunan terbuka yang disebut Mandapa. Dua buah prasati juga bisa ditemui, yaitu prasasti yang di atas keping emas di sebelah utara candi utama dan prasasti yang ditulis di atas batu di Candi Perwara baris pertama.

Salah satu kekhasan Candi Plaosan adalah permukaan teras yang halus. Krom berpendapat teras candi ini berbeda dengan teras candi lain yang dibangun di masa yang sama. Menurutnya, hal itu terkait dengan fungsi candi kala itu yang diduga untuk menyimpan teks-teks kanonik milik para pendeta Budha. Dugaan lain yang berasal dari para ilmuwan Belanda, jika jumlah pendeta di wilayah itu sedikit maka mungkin teras itu digunakan sebagai sebuah wihara (tempat ibadah umat Budha).

Jika melihat sekeliling candi, anda akan tahu bahwa Candi Plaosan sebenarnya merupakan kompleks candi yang luas. Hal itu dapat dilihat dari adanya pagar keliling sepanjang 460 m dari utara ke selatan serta 290 m dari barat ke timur, juga interior pagar yang terdiri atas parit sepanjang 440 m dari utara ke selatan dan 270 m dari barat ke timur. Parit yang menyusun bagian interior pagar itu bisa dilihat dengan berjalan ke arah timur melewati sisi tengah bangunan bersejarah ini.

Kamera Ir: d70
Lokasi: Candi Plaosan, Sleman Jogjakarta

12 November 2008

Tandur


tanam mundur....
dilakukan becocok tanam dari depan berjalan mundur kebelakang
satu demi satu, benih padi ditancapkan ke tanah
dengan harapan kelak, akan panen melimpah


Kamera Ir: d70
Lokasi: Sleman

Pendjual 2


lega...
senang...
jika dagangan habis terjual..
keinginan terpendam sedikit ada harapan
walau agak bersabar
karna rupiah semakin banyak didapat


Kamera IR; d70
Lokasi: dekat rumah

Bermain


bebas, lepas,
asyik......
tapi perlu pengawasan orang tua
demi keamanan dan keselamatan



Kamera Ir: d70
Lokasi: Kampungku

10 November 2008

Alamku


Begitu Subur,
Begitu Makmur,
Begitu Indah...
Indonesiaku


Kamera IR: d70
Lokasi: Sayegan

Nongkrong


bebas.....
se'enaknya
suka-suka

yang penting jangan ganggu sekitar



Kamera Ir: d70
Lokasi: selokan Mataram

Sedjarah


peninggalan yang otentik,
Cikal bakal langkah yang harus kita hormati
renungkan,
hayati,
begitu maha hebatnya mereka pada masa itu




kamera IR: d70
Lokasi: Candi Sambisari

07 November 2008

Lawang




Lawang atau pintu,
tempat keluar masuk seseorang atau barang


Kamera IR: d70
Lokasi: Makam Raja Imogiri

04 November 2008

Pasrah


Dengan Menyebut,
NamaMU ya Alloh
Aku bersujud,
pasrah,
Tiada Tuhan selain Alloh

Kamera: Nikon d80
Lokasi: Pantai Baron, Wonosari

Konsentrasi



Segala sesuatu
jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan konsentrasi
dan dengan usaha serta kemampuan yang ada
sudah diupayakan
maka hasilnya akan maksimal
entah gagal atau berhasil

Kamera IR: d70
Lokasi: Sekitar Rumah

Komidi Putar


Permainan untuk anak-anak tapi yang tua juga tidak mau kalah dapat menikmati
dibilang masa kecil kurang bahagia
atau ingin nostalgia
tidak masalah
yang penting asik, seru, nikmat
pikiran jadi segar...


Kamera Ir: Nikon d70
Lokasi: Dufan Ancol, Jakarta

31 Oktober 2008

anak ku....



jika ku rindu selalu
kukan datang mendekapmu
memelukmu,
membelaimu,
dengan hati
dan jiwaku


Kamera IR: Nikon d70
Lokasi: Taman Pintar, Yogyakarta

Kerjasama


kerjasama,
Gotong royong
dalam pergaulan
dalam kehidupan

dapat meringankan
masalah,
kesulitan,
problem,

atau malah sebaliknya
membikin masalah
jika tidak dilandasi
Moral,
ahlak
Hukum,


Kamera IR: Nikon d70
Lokasi: Lomba 17 di Rumah

Bangku Antri


dengan antri semua jadi lancar
dengan antri semua jadi adil
datang dulu, pelayanan dulu
datang akhir, pelayanan terakhir


Kamera: d80
Lokasi: Puskesmas Sayegan

30 Oktober 2008

Nelayan



malam buta berangkat kerja
menangkap ikan apa saja yang ada
dalam gelap gulita
dalam kesunyian
mereka asyik
mereka menikmati
takut dan kantuk
kalah dengan kewajiban
untuk menghidupi anak dan istri


Kamera IR: d70
Lokasi: Pantai Baron, Gunung Kidul

Pendjual


demi menyambung hidup
demi sesuap nasi
untuk anak di rumah
dan keluarga


Kamera IR: d70
Lokasi: Pantai Depok, Yogyakarta

27 Oktober 2008

Waktu


tak bisa dihentikan
tak bisa berubah
akan terus bejalan



Kamera IR: d70
Lokasi: Stasiun Tugu, Yogyakarta

Cukur





benar-benar murni
potong rambut
tidak dibumbui
pijat,
mandi kucing,
dan mesum...



Kamera IR: d70
Lokasi: Meguwo Jogjakarta

Eyangku





Eyangku,

Siang itu hari Jumat, 24 Oktober 2008
tidak ada hujan atau badai
Mendadak dapat kabar bahwa
Eyangku Hj. Suwartinah Suharyono
Telah berpulang ke Rahmatulloh

Innalillahi Wa Innalillahi Rojiun

Eyangku,
Yang sangat ku cintai,
Kusayangi,
Dan kubanggakan
Engkau menjadi suri tauladan kami,
Anak-anakmu,
Cucu-cucumu

Terkenang waktu mendidik
Anak-anakmu
Seorang diri,
Setelah ditinggal Eyang kakung Suharyono tahun 1959

Gigih Mencari nafkah untuk sesuap nasi dan juga untuk pendidikan
Kau beri bekal ilmu dan Agama
Kau besarkan dengan Kasih sayang

Engkau arungi hidup ini sedemikian hebat
Hingga 89 tahun

Telah engkau lalui masa-masa
Senang,
Susah,
Sedih,
Gembira

Kini Eyangku telah kembali ke Hariban Ilahi
Telah selesai dan menyempurnakan tugas-tugasnya

Ya, Alloh Ampunilah Dosa-dosanya
Lapangkan Jalannya
Tempatkanlah disisiMU yang paling Mulia


Cucumu
yang akan selalu mengenangmu.........

Apa Kata Mereka....